Infeksi rumah sakit dapat terjadi karena
kurangnya kebersihan fasilitas pelayanan kesehatan atau kurang higienis atau
tenaga kesehatan yang melakukan prosedur medis tertentu kurang terampil.
Penularan penyakit juga dapat terjadi karena tidak memadainya fasilitas
sanitasi seperti ketersediaan air bersih, jamban dan pengelolaan limbah.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun
2004 ternyata infeksi rumah sakit merupakan salah satu penyumbang penyakit
tertinggi. Persentase tingkat risiko terjangkitnya infeksi rumah sakit di Rumah
Sakit Umum mencapai 93,4% sedangkan Rumah Sakit Khusus hanya 6,6%, 1,6-80,8 %
diantaranya merupakan penyakit saluran pencernaan.
PHBS di fasilitas pelayanan kesehatan merupakan upaya untuk
memberdayakan pasien, masyarakat pengunjung dan petugas agar tahu, mau dan mampu untuk
mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan fasilitas pelayanan
kesehatan yang sehat dan mencegah penularan penyakit di fasilitas pelayanan
kesehatan.
Beberapa kegiatan PHBS yang dapat dilakukan di
fasilitas pelayanan kesehatan yaitu :
1. mencuci tangan pakai sabun (hand rub/hand wash)
2. penggunaan air bersih
3. penggunaan jamban sehat
4. membuang sampah pada tempatnya
5. larangan merokok
6. tidak meludah sembarangan
7. pemberantasan jentik nyamuk
Tujuan PHBS di fasilitas pelayanan kesehatan (Rumah Sakit,
Puskesmas)
1.Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat
2.Mencegah terjadinya penularan
penyakit.
3.Menciptakan lingkungan yang sehat.
3.Menciptakan lingkungan yang sehat.
Sasaran PHBS di fasilitas pelayanan kesehatan ditujukan kepada :
- Pasien
- Keluarga pasien
- Pengunjung
- Petugas kesehatan (Dokter, Perawat)
- Karyawan
Apa Manfaat PHBS di fasilitas pelayanan kesehatan ?
Bagi pasien/keluarga pasien/pengunjung :
- Memperoleh pelayanan kesehatan yang aman dan sehat,
- Terhindar dari penularan penyakit,
- Mempercepat proses penyembuhan penyakit dan
- Meningkatan derajat kesehatan pasien.
Bagi fasilitas pelayanan kesehatan/rumah sakit :
- Mencegah terjadinya penularan penyakit,
- Meningkatkan citra fasilitas pelayanan kesehatan yang baik sebagai tempat untuk 3.Memberikan pelayanan kesehatan dan pendidikan kesehatan bagi masyarakat.
Seperti kejadian yang belum lama ini terjadi. Seorang
bayi bernama Jessica Strong lahir 14 minggu lebih awal dari jadwal
kelahirannya. Jesicca lahir di rumah
sakit George Eliot, Nuneaton Inggris . Namun karena ia sangat prematur, bayi
mungil ini dirujuk ke Universitas Hospital of North Staffordshire (UHNS).
Di rumah sakit ini ia mendapat perawatan di Neonatal Intensive Care Unit atau yang kinal dengan ruang NICU. Namun belum lama dirawat, ia terinfeksi kuman Serattia marcescens yang akhirnya merenggut nyawanya setelah dirawat selama dua minggu.
Jessica adalah salah satu dari dua bayi yang meninggal akibat kuman tersebut. Saat itu dokter setempat sempat mengambil contoh darah jesicca untuk pemeriksaan laboratorium . Hasil pemeriksaan menemukan kuman Serattia Marcescens telah menginfeksi bayi-bayi malang itu akibat "kebersihan tangan yang kurang baik". Sebenarnya kuman Serratia marcescnes tidak berbahaya dan hidup di saluran cerna. Hal ini yang diketahui menjadi salah satu penyebab kematiannya Jessica.
Di rumah sakit ini ia mendapat perawatan di Neonatal Intensive Care Unit atau yang kinal dengan ruang NICU. Namun belum lama dirawat, ia terinfeksi kuman Serattia marcescens yang akhirnya merenggut nyawanya setelah dirawat selama dua minggu.
Jessica adalah salah satu dari dua bayi yang meninggal akibat kuman tersebut. Saat itu dokter setempat sempat mengambil contoh darah jesicca untuk pemeriksaan laboratorium . Hasil pemeriksaan menemukan kuman Serattia Marcescens telah menginfeksi bayi-bayi malang itu akibat "kebersihan tangan yang kurang baik". Sebenarnya kuman Serratia marcescnes tidak berbahaya dan hidup di saluran cerna. Hal ini yang diketahui menjadi salah satu penyebab kematiannya Jessica.
Sebenarnya
kuman Serratia Marcescnes tidak berbahaya dan hidup di saluran cerna. Meski
begitu, kuman ini menyebabkan infeksi serius pada orang yang rentan, misalnya
bayi prematur.
Penyebab kematian tersebut adalah karena infeksi nosokomial atau infeksi yang didapat pasien setelah masuk ke rumah sakit. Menurut penelitian tak ada satu pun negara yang bisa terbebas dari infeksi ini.
Di rumah sakit, infeksi terkait pelayanan kesehatan dapat menular dengan mudah lewat interaksi langsung mau pun tidak langsung (kontak fisik-udara) yaitu
Penyebab kematian tersebut adalah karena infeksi nosokomial atau infeksi yang didapat pasien setelah masuk ke rumah sakit. Menurut penelitian tak ada satu pun negara yang bisa terbebas dari infeksi ini.
Di rumah sakit, infeksi terkait pelayanan kesehatan dapat menular dengan mudah lewat interaksi langsung mau pun tidak langsung (kontak fisik-udara) yaitu
- antara petugas medis ke pasien,
- pasien satu kepada pasien lain
- dari pasien kepada pengunjung.
"Dulu infeksi nosokomial atau infeksi yang didapat pasien setelah masuk rumah sakit dianggap karena faktor lingkungan yang jelek. Tetapi ternyata paling banyak karena tangan dokter. Bahkan ada istilah dokter adalah pembunuh bertangan kosong.
Meski mengkhawatirkan, kasus sebenarnya dapat dicegah secara sederhana, yakni membiasakan mencuci tangan dengan benar. Penelitian teranyar menunjukkan, cuci tangan pakai sabun mampu menghilangkan 92 persen organisme penyebab infeksi di tangan.
Sayangnya, di banyak negara angka kepatuhan tenaga medis untuk mencuci tangan masih rendah. Di banyak negara angka kepatuhan para dokter dalam menjalankan cuci tangan hanya sekitar 50-60 persen
Rendahnya tingkat kepatuhan para dokter dalam mencuci tangan juga diakui oleh Dr.Akmal Taher, Sp.U, Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kemenkes RI. Di rumah sakit, yang tingkat kepatuhannya paling tinggi memang perawat. Mungkin ini karena dokter cenderung meremehkan. Karena itu masih diperlukan perubahan budaya untuk meningkatkan motivasi.
Ia menambahkan, mencuci tangan adalah tindakan pencegahan agar tak mudah menularkan kuman ke orang lain. "Hampir 70 persen kasus infeksi bisa dicegah, tapi masalahnya 90 persennya dipengaruhi oleh perilaku," katanya. Akmal mencontohkan berbagai kasus infeksi yang akhir-akhir ini mengancam, seperti ebola atau MERS, tindakan pencegahannya tetap sama, yakni mencuci tangan.
Berikut
ini saat-saat yang penting tenaga kesehatan harus
membersihakan tangan yaitu
1. Sebelum menyentuh pasien
2. Sebelum melakukan tindakan aseptik
3. Setelah terkena cairan dari tubuh pasien
4. Setelah menyentuh pasien
5. Setelah menyentuh benda-benda disekitar pasien
Demikian
ulasan tentang PHBS Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. Semoga Bermanfaat.
Terimakasih atas informasinya, semoga sukses selalu dan Silahkan Kunjungi website kami ^^
ReplyDeleteCara Mengobati Gastritis
terimakasih infonya, sangat bemanfaat :)
ReplyDelete